Akhir Kisah Kita
Cailaah judulnya begitu banget ya hehehe, jangan ada yang baper please *ups
Enggaa, ini bukan tentang hubungan aku dan kamu apalagi dia (mohon maaf dia tuh siapa yak?). Ini tentang kita dan teman dekat kita, kematian. Kok jadi serem gini yaa bahasannya 😅
Sebenernya gue ingin menceritakan momen-momen berharga yang gue dapatkan di stase forensik Agustus lalu. Mungkin orang-orang hanya terpikirkan "ih ngeliat mayat terus dong" "ngurusin mayat ya?" "Visum nih pasti kerjannya". Ya ya ya, aku iyain aja dulu deh ya biar ga pance, panjang cerita.
Selama stase forensik, melihat kejadian-kejadian dan kematian, gue termenung melihat bagaimana kondisi jenazah diantar ke rumah sakit baik untuk pemeriksaan luar ataupun otopsi. Yaa Allah ampunilah mereka, sayangilah mereka, maafkanlah mereka.
Kadang kehidupan di rumah sakit membuat hati ini mudah sekali keras, mungkin karena terlalu banyak melihat kematian dan itu takdir Allah, karena manusia dan obat hanya sebagai usaha kita. Tapi kali ini berbeda, aku termenung mendengar kejadian, melihat bagaimana sisa-sisa kejadian dan kondisi jenazah, membuatku bertanya pada diriku sendiri:
Kenapa? Karena kita ga bisa menentukan waktu, tempat, dan keadaan yang seperti apa saat kita meninggal. Ga ada yang tau guys! Ga ada yang tau apakah saat itu tubuh kita dalam keadaan lengkap atau engga, kalaupun lengkap apakah ada kelainan atau engga, menutup aurat atau engga, lagi mabok-mabok atau engga, di rumah atau di luar rumah, sempet ngucap "laa ilaha ilallah" atau engga, dst. Sediiih, sediih banget jujur kalau diingat-ingat.
Oleh karena itu, pantaslah kita memohon dan berdoa untuk diwafatkan dalam keadaan yang husnul khotimah, dalam keadaan sebaik-baiknya. Mari direnungkan kembali, apakah kita sudah layak untuk mendapatkan husnul khotimah? :"
Enggaa, ini bukan tentang hubungan aku dan kamu apalagi dia (mohon maaf dia tuh siapa yak?). Ini tentang kita dan teman dekat kita, kematian. Kok jadi serem gini yaa bahasannya 😅
Sebenernya gue ingin menceritakan momen-momen berharga yang gue dapatkan di stase forensik Agustus lalu. Mungkin orang-orang hanya terpikirkan "ih ngeliat mayat terus dong" "ngurusin mayat ya?" "Visum nih pasti kerjannya". Ya ya ya, aku iyain aja dulu deh ya biar ga pance, panjang cerita.
Selama stase forensik, melihat kejadian-kejadian dan kematian, gue termenung melihat bagaimana kondisi jenazah diantar ke rumah sakit baik untuk pemeriksaan luar ataupun otopsi. Yaa Allah ampunilah mereka, sayangilah mereka, maafkanlah mereka.
Kadang kehidupan di rumah sakit membuat hati ini mudah sekali keras, mungkin karena terlalu banyak melihat kematian dan itu takdir Allah, karena manusia dan obat hanya sebagai usaha kita. Tapi kali ini berbeda, aku termenung mendengar kejadian, melihat bagaimana sisa-sisa kejadian dan kondisi jenazah, membuatku bertanya pada diriku sendiri:
Dalam keadaan seperti apa aku meninggal kelak?
Kenapa? Karena kita ga bisa menentukan waktu, tempat, dan keadaan yang seperti apa saat kita meninggal. Ga ada yang tau guys! Ga ada yang tau apakah saat itu tubuh kita dalam keadaan lengkap atau engga, kalaupun lengkap apakah ada kelainan atau engga, menutup aurat atau engga, lagi mabok-mabok atau engga, di rumah atau di luar rumah, sempet ngucap "laa ilaha ilallah" atau engga, dst. Sediiih, sediih banget jujur kalau diingat-ingat.
Oleh karena itu, pantaslah kita memohon dan berdoa untuk diwafatkan dalam keadaan yang husnul khotimah, dalam keadaan sebaik-baiknya. Mari direnungkan kembali, apakah kita sudah layak untuk mendapatkan husnul khotimah? :"
Komentar