Sentilan Diri

Bisa ku bilang adanya ke-iri-an ketika lingkaran sosial kita sudah banyak yang menikah, berpikir bahwa "umur gue udah segini tapi kok masih gini-gini aja". Boleh digaris bawahi "gini-gini aja" bisa berupa mahasiswa, pekerja kantoran, atau tidak dikeduanya. Akhirnya banyak yang sudah tak sabar menantikan hidup mesra penuh tawa bahagia dengan pasangan yang sampai sekarang entah siapa dan dimana. Tapi banyak juga yang menarik diri begitu melihat sisi pandang yang tidak enak di hati. Ga masalah, hidup adalah pilihan. Menikah bukanlah perlombaan yang pertama mencapai finish dialah pemenangnya.
Setelah banyak baca dan diskusi, menikah tetap menjadi pilihan hidup yang kapannya silahkan tanya ke pribadi masing-masing. Tapi menunggu siap, bukan pilihan bijak menurutku.
Kenapa?
Karena standar SIAP setiap orang berbeda dan ga ada tolak ukur yang pasti kapan seseorang dikatakan siap. Namun menikah tanpa persiapan diri juga bukan pilihan bijak, karena menikah adalah tanggungjawab baru.
Setelah baca buku mba Dewi Nur Aisyah, aku tersadar bahwa menikah adalah penyatuan dan pembagian peran atas cinta dimana butuh kerjasama kedua individu tersebut. Memang seharusnya kita punya visi dan misi untuk apa menikah dan ingin membentuk generasi yang seperti apa kedepannya karena keberlangsungan bangsa pun ditentukan dari kualitas tiap individunya, masyarakatnya. Begitu punya visi misi maka kita bisa menyiapkan dari sekarang bekal pernikahan, bisa dari pendidikan agama, managemen keuangan, kesehatan, pendidikan anak/parenting, dan lainnya. Ga mudah kan? Jadi menikah itu ga cuma modal cinta loh guys...
Ketika kita menjadikan diri kita sebagai individu yang berkualitas, kita tentunya juga ingin pasangan yang berkualitas sehingga terciptalah keluarga yang hebat karena mampu menciptakan generasi yang berkualitas juga. Nah pertanyaannya, berkualitas yang seperti apa? Menurutku berkualitas adalah dia yang mengerahkan semua potensi dirinya untuk kebermanfaatan umat/masyarakat. Buat apa kita hebat dan dampaknya untuk kita sendiri? Egois dong. Justru sekecil apapun namun bermanfaat untuk orang lain akan lebih berkesan. Yuk buat target-targetan kebaikan yang harus kita kerjakan selagi menunggu si doi datang!
Nah, sudah berkualitaskah kita untuk akhirnya siap membentuk dan membangun generasi yang berkualitas?

Komentar