Babak Awal (part 2)

"Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kamu dustakan?"

(QS. Ar-Rahman:13)

Di part 1 gue cerita tentang lika-liku, asam-manis-asem-banyak paitnya, selama koas. Sekarang gue mau cerita apa aja yang gue lalui setelah koas.

Setelah selesai koas masih diuji dengan ujian yang sesungguhnya, Ujian Kompetensi Pendidikan Profesi Dokter (UKMPPD). Bisa dibilang ini UNnya dokter 😅 Sebenernya ga jauh beda sama ujian-ujian selama pre-klinik dan koas, tapi karena sebagai batu loncatan, semua hal yang berhubungan dengan UKMPPD dibilang sensitif wkwkwk. Belajar-belajar-belajar adalah jalan ninjaku dokterku.

Tapi pernah suatu hari rasanya jenuh, bosen, liat buku/tumpukan soal rasanya enek hahahaha. Wajar wajar, tapi ga apa-apa capek di awal, namanya usaha :') yang penting dibawa happy

Singkat cerita hari H ujian. Btw gelombang Februari OSCE dulu baru CBT. OSCE gue dapet di hari pertama dan sesi siang. Tau ga rasanya? NGANTUK GUYYSS, hahaha tapi ga bisa tidur sejenak karena deg-deg-an. Alhamdulillah lancar jaya walaupun agak shock karena ada state sirkumsisi (ini diluar dugaan bgt sih 😂). CBT aku pun dapet sesi siang, kenapa sih yaa Allah wkkwkwk. CBTnya lumayan, harus teliti dan paham apa maksud soalnya. Ada beberapa pertanyaan dengan pilihan jawaban yang menjebak wkkwk sebel. Setelah ujian aku senang-senang, ga mau mikirin hasilnya, serahin ke Allah aja :')

Pengumuman ujian maksimal 1 bulan dari hari ujian pertama. Eh dilalahnya malah dimajuin hahaha kebiasaan. TENGAH MALEM DOONGG hahaha. Saya sudah tidur pak 😄 Bangun paginya kaget karena HP berisik banget notif sana-sini.

Hasil CBT

Hasil OSCE

Beneran "bangun-bangun jadi dokter". Alhamdulillaaah, alhamdulillaah, alhamdulillaah......

Gue tau jalan di depan masih panjang dan ga mudah. Justru menurut gue ini adalah awal dari sebuah perjuangan yang lebih menguras hati dan fisik. Gelar ini pun bukan amanah yang ringan, melainkan sebuah komitmen dan pembuktian atas kompetensi yang sudah gue dan temen-temen lalui bersama.

Jujur, gue sebenernya takut. Takut ketika ditanyai pertanggungjawaban atas gelar ini. Takut jika ternyata diri ini belum mumpuni menanggung beban gelar ini. Tapi apapun yang terjadi, gue harus menyiakan diri, harus maksimal. Semoga Allah menguatkan bahu-bahu kita, meneguhkan hati-hati kita, dan melindungi kita dalam setiap proses ke tahap selanjutnya.

Barakallah teman-teman sejawatku. Selamat mengabdi!!!