Sanggupkah Kamu?
Ketika semua rencanamu tidak sesuai harapan.
Ketika semua harapan di depan mata lenyap seketika.
Ketika semua orang sedang sama-sama berjuang untuk berlari, mengejar impian.
Ketika semua orang berkeluh kesah atas setiap perjalanan hidupnya.
Ketika kamu, yang menguatkan tapi tidak dikuatkan.
Ketika kamu, dalam sudut di hati terkecilmu, menerikkan segala amarah dan gelisah.
Tahukah bahwa ternyata diri ini hanya seorang manusia? Sedangkan ada Sang Perencana di sana. Menyiapkan cerita demi cerita baru untuk memberikan pelajaran, hikmah, dan hadiah. Tidak peduli apakah kau suka alurnya atau tidak suka.
Tahukah bahwa ternyata sejatinya mengharapkan sesuatu kepada yang lemah tidak berbuah apa-apa? Padahal ada Yang Maha Kuat, yang selalu menyediakan jalan-jalan keluar dan kesempatan. Sebuah harapan yang tidak pernah mengecewakan. Dia-lah yang telah memberika kesempatan yang tidak disangka-sangka olehmu.
Tahukah bahwa mengeluh itu hanya terasa nikmat di awalnya dan tidak ada habisnya? Tanpa kamu berbuat sesuatu untuk mengubahnya, bukankah itu sebuah kekalahan?
Tahukah bahwa setiap orang punya kisahnya masing-masing? Jika kamu selalu membandingkan kisahmu dengan kisah mereka, bukankah itu egois? Apa hanya kamu saja yang merasa memiliki beban perjuangan, beban hidup yang lebih dibanding mereka? Ooh, belum tentu kawan. Mungkin selama ini dia sudah terlalu lama bertahan dan berjuang, namun kau tak tahu itu.
Yakinlah ini bukan sebuah kegagalan. Setiap makhluk memiliki "time periode" mereka masing-masing, masa pertumbuhan dan perkembangan masing-masing. Biarlah, mungkin itu memang rezeki mereka. Sekalipun kau ingin merebutnya, jika Yang Maha Kuasa berkata tidak, maka kau bisa apa? Saat kau ingin menembakkan anak panah pun, kau harus menariknya ke belakang agar ia tertembak jauh sehingga bisa mengenai target sesuai sasaran. Begitulah hidup. Mundur selangkah untuk menyiapkan langkah yang lebih jauh untuk mencapai tujuan. Tak perlu kau sesali.
Mungkin ini terdengar lucu, seolah aku hanya memberi pembelaan atas diriku. Ya, memang benar. Tapi bukan itu, aku hanya ingin belajar melihat segala permasalahan dari sisi yang lain, sehingga bisa ditemukan dimanakah sisi yang "cacat" yang perlu diperbaiki.
Yakinlah bahwa benang merah peristiwa ini adalah IKHLAS. Bagaimana kau merelakan, memasrahkan, kehendak Yang Maha Besar atas segala usaha dan kerja kerasmu?
Sanggupkah kau untuk tidak memiliki rasa iri atas rezeki yang belum diberikanNya kepadamu?
Sanggupkah kau untuk terus menyempurnakan syukurmu walaupun dalam keadaan pahit sekalipun?
Sanggupkah kau untuk terus mengulurkan tanganmu kepada yang membutuhkan, walaupun kau juga butuh seseorang untuk mengulurkan tangannya?
Sanggupkah kau untuk IKHLAS atas segala ketentuanNya?
Sanggupkah kau?
Ketika semua harapan di depan mata lenyap seketika.
Ketika semua orang sedang sama-sama berjuang untuk berlari, mengejar impian.
Ketika semua orang berkeluh kesah atas setiap perjalanan hidupnya.
Ketika kamu, yang menguatkan tapi tidak dikuatkan.
Ketika kamu, dalam sudut di hati terkecilmu, menerikkan segala amarah dan gelisah.
Tahukah bahwa ternyata diri ini hanya seorang manusia? Sedangkan ada Sang Perencana di sana. Menyiapkan cerita demi cerita baru untuk memberikan pelajaran, hikmah, dan hadiah. Tidak peduli apakah kau suka alurnya atau tidak suka.
Tahukah bahwa ternyata sejatinya mengharapkan sesuatu kepada yang lemah tidak berbuah apa-apa? Padahal ada Yang Maha Kuat, yang selalu menyediakan jalan-jalan keluar dan kesempatan. Sebuah harapan yang tidak pernah mengecewakan. Dia-lah yang telah memberika kesempatan yang tidak disangka-sangka olehmu.
Tahukah bahwa mengeluh itu hanya terasa nikmat di awalnya dan tidak ada habisnya? Tanpa kamu berbuat sesuatu untuk mengubahnya, bukankah itu sebuah kekalahan?
Tahukah bahwa setiap orang punya kisahnya masing-masing? Jika kamu selalu membandingkan kisahmu dengan kisah mereka, bukankah itu egois? Apa hanya kamu saja yang merasa memiliki beban perjuangan, beban hidup yang lebih dibanding mereka? Ooh, belum tentu kawan. Mungkin selama ini dia sudah terlalu lama bertahan dan berjuang, namun kau tak tahu itu.
Yakinlah ini bukan sebuah kegagalan. Setiap makhluk memiliki "time periode" mereka masing-masing, masa pertumbuhan dan perkembangan masing-masing. Biarlah, mungkin itu memang rezeki mereka. Sekalipun kau ingin merebutnya, jika Yang Maha Kuasa berkata tidak, maka kau bisa apa? Saat kau ingin menembakkan anak panah pun, kau harus menariknya ke belakang agar ia tertembak jauh sehingga bisa mengenai target sesuai sasaran. Begitulah hidup. Mundur selangkah untuk menyiapkan langkah yang lebih jauh untuk mencapai tujuan. Tak perlu kau sesali.
Mungkin ini terdengar lucu, seolah aku hanya memberi pembelaan atas diriku. Ya, memang benar. Tapi bukan itu, aku hanya ingin belajar melihat segala permasalahan dari sisi yang lain, sehingga bisa ditemukan dimanakah sisi yang "cacat" yang perlu diperbaiki.
Yakinlah bahwa benang merah peristiwa ini adalah IKHLAS. Bagaimana kau merelakan, memasrahkan, kehendak Yang Maha Besar atas segala usaha dan kerja kerasmu?
Sanggupkah kau untuk tidak memiliki rasa iri atas rezeki yang belum diberikanNya kepadamu?
Sanggupkah kau untuk terus menyempurnakan syukurmu walaupun dalam keadaan pahit sekalipun?
Sanggupkah kau untuk terus mengulurkan tanganmu kepada yang membutuhkan, walaupun kau juga butuh seseorang untuk mengulurkan tangannya?
Sanggupkah kau untuk IKHLAS atas segala ketentuanNya?
Sanggupkah kau?
Komentar