Manusia yang Kehilangan
Ketika manusia kehilangan, ia baru merasakan sesuatu itu bermakna.
Ketika manusia kehilangan, ia baru sadar banyak hal yang dilewatkan sia-sia.
Ketika manusia kehilangan, ia baru tahu bahwa apa yang ia miliki bukanlah miliknya.
Itu yang hanya bisa gue ucapkan dalam hati ketika memang sudah fitrahnya manusia kembali ke asalnya, Sang Pencipta. Rasanya baru bulan Mei kemarin gue 'ditinggal' dan pagi ini gue harus 'ditinggal' lagi. Semoga Allah mengampuni keduanya, menyayangi mereka dan menerima segala amal kebaikan mereka.
Gue dari kecil memanggil mereka "Ayah" dan "Mami" karena di umur segitu gue dititip ke mereka karena ibu sedang mengurus kedua adik gue yang usianya ga jauh, selain itu pasca 1998 juga. Mereka udah gue anggap sebagai orang tua kedua gue. Gue dirawat, disayang, dan diasuh. Bahkan sampai keadaan alm dan almh masih sehat keluarga gue sering main ke rumah.
Ya, beginilah nasib hidup anak yang jauh dari orang tua. Gue cuma bisa menjenguk keduanya saat liburan dan alhamdulillah gue masih sempet ngobrol banyak atau telponan sebelum gue harus balik lagi ke sini. Well gue akui merasa bersalah banget karena gue ga ada di sisi mereka saat itu. Hanya doa yang bisa gue berikan saat ini.
Ini menjadi pelajaran berharga buat gue, selama kedua orang tua kita masih ada, maksimalkan waktu yang ada bersama mereka. Berusahalah buat mereka bahagia dari hal-hal yang kecil --mengabari atau pulang ketika memang sudah waktunya pulang-- sampai hal-hal yang besar. Berkorbanlah untuk mereka sebagaimana mereka mengorbankan hidupnya untuk hidup kita. Dan yang paling penting: doakan kedua orang tua kita selalu, selalu, dan selalu.
Ketika manusia kehilangan, ia baru sadar banyak hal yang dilewatkan sia-sia.
Ketika manusia kehilangan, ia baru tahu bahwa apa yang ia miliki bukanlah miliknya.
"Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati, hanya Allah yang kekal abadi."
Itu yang hanya bisa gue ucapkan dalam hati ketika memang sudah fitrahnya manusia kembali ke asalnya, Sang Pencipta. Rasanya baru bulan Mei kemarin gue 'ditinggal' dan pagi ini gue harus 'ditinggal' lagi. Semoga Allah mengampuni keduanya, menyayangi mereka dan menerima segala amal kebaikan mereka.
Gue dari kecil memanggil mereka "Ayah" dan "Mami" karena di umur segitu gue dititip ke mereka karena ibu sedang mengurus kedua adik gue yang usianya ga jauh, selain itu pasca 1998 juga. Mereka udah gue anggap sebagai orang tua kedua gue. Gue dirawat, disayang, dan diasuh. Bahkan sampai keadaan alm dan almh masih sehat keluarga gue sering main ke rumah.
Ya, beginilah nasib hidup anak yang jauh dari orang tua. Gue cuma bisa menjenguk keduanya saat liburan dan alhamdulillah gue masih sempet ngobrol banyak atau telponan sebelum gue harus balik lagi ke sini. Well gue akui merasa bersalah banget karena gue ga ada di sisi mereka saat itu. Hanya doa yang bisa gue berikan saat ini.
Ini menjadi pelajaran berharga buat gue, selama kedua orang tua kita masih ada, maksimalkan waktu yang ada bersama mereka. Berusahalah buat mereka bahagia dari hal-hal yang kecil --mengabari atau pulang ketika memang sudah waktunya pulang-- sampai hal-hal yang besar. Berkorbanlah untuk mereka sebagaimana mereka mengorbankan hidupnya untuk hidup kita. Dan yang paling penting: doakan kedua orang tua kita selalu, selalu, dan selalu.
"Yaa Allah, ampunilah kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka, sebagaiman mereka menyayangiku di waktu kecil."
Komentar