Curahan Hati Seorang Kakak

Bukan, ini bukan judul sebuah sinetron atau novel apalagi ftv.
Ini curahan seorang perantau berusia 20 tahun yang jauh, jauuuh sekali dari rumah.
Rumah, tempat dimana kamu merasa terlindungi, merasa aman, merasa dirimu dirasakan kehadirannya. Rumah, ya, rumah. Satu-satunya tempat kembali...


Baru kemarin rasanya kamu masuk SMK, Dy. Aku ingat betul betapa kukuhnya kamu saat ditawari mama SMA atau SMK. Walaupun kamu terkenal sebagai anak lelaki yang -banyak orang bilang- dimanja, antibelajar, dan hobi main, tapi aku baru sadar kalau saat itu kamu sudah memiliki tujuan masa depanmu ingin menjadi seperti apa.

Aku ingat betul ketika detik-detik pengambilan rapot, mama yang pulang dengan wajah biasa, menandakan hasil yang biasa pula. Namun saat itu tidak. Mama pulang dengan wajah bingung, heran, dan bahagia. Kita tak pernah bisa memaksamu untuk serius meraih ilmu, karena betapa bebelnya kamu kalau disuruh belajar. Tapi hari itu kamu menunjukkan kepada kami kalau kamu serius dengan pilihanmu maka kamu bisa. Ya, kamu pun bisa.

Baru kemarin kamu mengabarkanku tentang UN. Aku disini yang selalu deg-deg-an menerka bagaimana ujianmu, bagaimana hasilnya. Mungkin ini yang selalu dirasakan mama ketika anak-anaknya menghadapi ujian. Menanti dan mengharapkan. Sore itu kamu kirimkan foto, jujur aku tak peduli berapa hasilnya karena yang aku pikirkan kamu lulus atau tidak. Aku bersyukur, kamu bisa melewati 1 ujian ini dengan hasil dirimu sendiri.

Beru kemarin kamu mengabarkanku tentang SNMPTN. Kamu yang memiliki impian yang tinggi, namun tidak percaya diri. Kamu salahkan sistemnya, meronta kenapa tidak sesuai harapan. Dy, kamu harus tau, mungkin bukan itu rezekimu. Masih ada jalan lain dan jangan terlalu berharap dengan sesuatu yang tidak pasti.

Kali ini kamu harus berjuang lagi. Maafkan aku yang tidak disisimu membantu mencari info, menjelaskan alur pendaftaran padamu, membimbingmu memilih universitas yang sesuai. Semua itu hanya melalui chat kita. Maafkan aku yang bawel namun tidak di depanmu. Sungguh, rasanya aku ingin pulang, bercerita pengalamanku melewati masa-masa ini. Banyak sekali yang ingin aku sampaikan secara lisan, empat mata. Tapi aku harus sadar bahwa kamu sudah dewasa, kamu harus bisa menyelesaikan masalahmu, kamu harus berjuang dengan caramu. Dan akupun hanya bisa memberi arahan, ya, dari jauh, berkilo-kilo meter.

Beginikah rasanya menjadi seorang 'kakak'? Karena jarak kami dekat, akupun selama ini hanya menempatkan diri sebagai kakak dan teman. Karena aku hanya ingin yang terbaik bagi adik-adikku. Menjadi orang yang pertama mensupport apapun mimpimu, selagi itu baik untukmu. Karena aku ingin adik-adikku mampu berbuat yang lebih baik dari aku, berjuang lebih keras dari aku, berdoa lebih banyak dari aku. Ketahuilah karena setiap aku telponan dengan mama dan bapak, aku pasti menanyakan kabar kalian dan bagaimana kondisi kalian :')

Maafkan mbakmu ini yang jarang pulang, walau tidak separah Bang Toyib. Semoga Allah memberikanmu universitas dan jurusan terbaik.

Salam rindu,
OLA

Komentar